• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • Gak Pake Judul, Note Lama nii

    Kamis, 23 Desember 2010
    “Perasaan kecewa itu muncul karena kita punya harapan terhadap sesuatu, dan punya harapan berarti karena kita mencintai sesuatu itu. Sebagai contoh kalau antum ditanya tentang kapan antum akan lulus lalu antum menjawab insyaallah tahun depan, tapi kenyataan di tahun depannya antum tidak lulus kemungkinan besar antum akan kecewa. Tapi kalau ditanyai jawaban antum kapan- kapan sajalah Ustadz, lulus Alhamdulillah tidak luluspun tak masalah, dan kenyataan membuktikan antum tidak lulus, kemungkinan besar antum tidak akan kecewa. Begitupun dengan jalan dakwah dan jamaah ini, banyak yang kecewa karena mereka punya harapan yang tidak mereka dapatkan di sini, tapi yakinlah keluar dari jamaah ini dengan alasan kekecewaan bukanlah cara yang bijak meskipun itu hak masing- masing kita untuk memilih jalan yang mana yang kita sukai. Karena antum tidak akan menemukan jamaah manusia yang akan bebas dari rasa kecewa dan mengecewakan, jangankan sekelompok orang, dua orang saja misalnya sepasang suami istri itu pasti pernah kecewa terhadap pasangannya,….. ” Itulah sedikit kutipan jawaban salah seorang Ustadz kondang dari Yogyakarta: Cahyadi Takariawan ketika ditanya oleh salah seorang ikhwah, hari ini dalam salah satu rangkaian acara Mubes FKI Rabbani di Mesjid Nurul Ilmiy. Tak terlalu banyak yang kusimak karena kedatanganku sudah sangat terlambat dari jadwal yang diagendakan. Sudahlah terlambat datang, eh pulang yang paling duluan, maklumlah kalau bareng dengan orang- orang yang punya banyak agenda, kita harus ngekor.
    Pelajaran no. 1: Jangan terlambat datang, jangan duluan pulang, dan jangan pergi dengan orang- orang sibuk. Trus jangan ngobrol waktu ustadz lagi berbicara di depan. ;)

    Pagi sebelum ke Unand atas itu kusempatkan diri untuk mengunjungi kampus karena ada janji dengan teman- teman kelompok buat membicarakan teknis ujian esok hari. Berangkat dari rumah jam 8 lewat dikit, jalan kaya bebek dan mampir jajan di minimarket bikin nyampe di kampus jam setengah 9, meski janjinya emang jam 9, tak apalah biar bisa ngintip simulasi ujian anak- anak CD *emang udah diniatin dari rumah*, meski sedikit kecewa karena sedikit sekali menambah ilmu dari menonton adegan lari- lari mereka. Jam 9 pun berdentang dari jam tangan Resti, tapi belum seorangpun teman kelompokku yang memperlihatkan batang tubuh mereka, yah wajarlah mana ada yang bakal ontime untuk ketemuan- ketemuan seperti ini, kuliah pun kita- kita sering telat kalaulah tidak ada ancaman dari dosen- dosen bakal mengunci pintu. Kutunggu sampai sepuluh menit sambil memaksakan diri untuk memiskol dengan pulsa yang sudah pake mukadimah ini. Lima menit berselang datanglah dua orang. Kami tunggu sampai setengah 10, nihil,,, sementara janjiku dengan Ni Ami kami akan sampai di Unand atas maksimal jam 10. Akhirnya dengan berat hati kupaksakan buat minta izin ke teman yang berdua yang sudah datang tadi, dengan tsiqoh saja terhadap apa hasil keputusan mereka dan berjanji untuk datang ke rumah salah seorang mereka buat menanyakan hasil kesepakatan. Di perjalanan di depan AB ku bertemu dengan dua orang teman lagi, mereka bertanya dan menahan kepergianku dengan nasehat- nasehat buat kepentingan kelompok, yah gak kebalik tu bukannya aku sudah datang dari tadi *dalam hati*. Ya sudah karena dasarku memang sedikit agak baik kuturuti aja dengan janji akan memulai rapat langsung tanpa menunggu yang 5 orang lagi yang belum datang itu., tapi tetap aja juga molor mulai rapatnya,,hhe. Jam setengah 11 kupaksakan diri untuk minta izin dari kesepakatan- kesepakatan itu karena melihat tampang- tampang orang yang menungguku: ada Resti dengan ketawa terpaksa, si Nissa yang sudah ngoceh2 dan si Ni Ami yang sok2 sabar nunggu, begitu mengenaskan. Afwan yo Ukh,, dg tampang seperti biasa: tak bersalah.
    Pelajaran no.2:Menunngu teman kelompok itu bikin tua dan bikin tampang mengenaskan dan bikin telat nyampe Unand atas.

    Pulang dari Unand atas berniat ke Mardhatillah buat menemanin Resti nyari buku yang katanya buat tugas mingguannya, ini rute sebelum ke Mardhatillah: turun angkotà rumah makan: beli sambalà tempat jus:beli jusà mampir rumah: sholat dan makan,, baru ke Mardhatillah. Tapi sayangnya buku yang dicari Resti sudah habis, ya seperti biasa liat- liat buku yang lain, dan aku sangat tidak tahan melihat yang namanya buku, mata berbinar2 dan mulut komat kamit dibuatnya, ya sudah ku beli 1 buku tebal karangan Ustadz Mustafa Dieb dan 1 jilbab yang katanya Uni bagus,, sedangkan Resti tak jadi beli apa- apa* siapa yang nemenin nih namanya*, yah habislah uangku.
    Pelajaran no.3: Nemenin teman belanja bikin uang habis.

    Selesai itu kami berdua saja nih ceritanya:aku dan Resti berniat lagi ke kampus memantau perkembangan ujian CD,, nyampe di sana sepertinya ujian sudah hampir selesai, suara Ibu2 Dosen itu sudah mulai terdengar,, ya sudahlah kita nunggu teman yang lain saja buat nanya2 perkembangan ujiannya. Duduk di kursi PSIKM, sedikit sejuk dibandingkan udara panas kota Padang, karena ada AC nya,,hehe,, sudah segaran keluar lalu duduk di bangku2 dekat GH itu, Diian dan Meta mengampiri kami menyampaikan banyak yang remed dan membocorkan trik2 soal besok: untuk triase itu tidak ada pasiennya yang tag hijau, hati- hati baca soal dan soal yang dikasih 6 buah, tidak perlu khawatir, insyaAllah kalian bisa.,,hhe makasih Meta jo Diian.
    Pelajaran no.4: Kita dibolehin pake rok buat ujian triase besok dan kalau bawa sunblock, minta ya,,hhe..

    Akhirnya malala hari ini selesai juga, sudah sore dan sepertinya sudah boleh pulang. Berpisah sama yang lain dan kuhela langkah2 kecil ini mengitari jalan Jati yang sudah 3,5 tahun kutempati, sedikit membosankan melihat pemandangan yang sama, bahkan tukang2 bangunan FK ini, sebelum gempa pun juga sering merombak2 pagar samping itu, padahal tak rusakpun, tak apalah mungkin ada rejeki mereka dari dana pembangunan FK ini. Eh, sejenak mataku tertuju pada sosok2 berbeda di sepanjang perjalanan Jati ini, Bapak2 tua penggali tanah,, karena tak lagi buru2, kusempatkan berbicara sebentar dengan salah seorang mereka,, katanya penggalian buat pemasangan kabel Telk*msel *seperti isi statusku*, mereka kelihatan sangat capek,, tapi aku yakin semua ini mereka lakukan bukan untuk mereka tapi untuk anak- istri mereka yang sedang menunggu di rumah, mungkin juga dengan satu niat mereka ingin anak2 mereka jauh lebih baik dari mereka,, bisa sekolah dan syukur2 bisa jadi PNS dan kerja di kantor2. Ah, jadi teringat Ayah dan Ibu, ternyata aku sudah lama tak pulang, terharu sejenak dan smakin membulatkan tekad, aku akan pulang Senin ini, insyaAllah. Semoga Allah selalu menjaga dan menyayangi Ayah dan Ibu, memberi kesehatan, usia yang berkah dan bisa melihat kesuksesan anak2nya kelak,, aamin ya Rabbal’a;amiin..
    Pelajaran terakhir no.5: InsyaAllah aku akan pulkam hari Senin.

    0 komentar:

    Posting Komentar