• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • LEUKOREA

    Selasa, 29 Maret 2011
    BAB I
    TINJAUAN PUSTAKA

    I.1 Pengertian
    Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli.(1,2)
    Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita ginekologik, adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya. Dapat dibedakan antara leukorea yang fisiologik dan yang patologik. Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang sedang pada leukorea patologik terdapat banyak leukosit.(2)
    Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Selanjutnya leukorea ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital.(2)

    I.2 Epidemiologi
    Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.(2)

    I.3 Etiologi
    Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.(2)
    Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
    a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disini penyebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
    b. Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukorea disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
    c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
    d. Waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
    e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri. (1)



    Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh (1)
    1. Infeksi :
    - Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus(2,3)
    - Jamur : Candida albicans
    - Protozoa : Trichomonas vaginalis
    - Virus : Virus Herpes dan human papilloma virus
    2. Iritasi :
    - Sperma, pelicin, kondom
    - Sabun cuci dan pelembut pakaian
    - Deodorant dan sabun
    - Cairan antiseptic untuk mandi.
    - Pembersih vagina.
    - Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
    - Kertas tisu toilet yang berwarna.
    3. Tumor atau jaringan abnormal lain
    4. Fistula(3)
    5. Benda asing(3)
    6. Radiasi
    7. Penyebab lain(3) :
    - Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
    - Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

    I.4 Patogenesis
    Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.(2)
    Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.(2)
    Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama Candida albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis. (4,5)
    Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.(2)
    Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.(2)
    Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.(2)

    I.5 Gejala Klinis
    Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:1
    - Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
    - Sekret vagina yang bertambah banyak
    - Rasa panas saat kencing
    - Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
    - Berwarna putih keabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
    Vaginosis bacterial, sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual
    Trikomoniasis, sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis.
    Kandidiasis, sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak di daerah genital. Tidak ada komplikasi yang serius.
    Infeksi klamidia, biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal



    I.6 Pemeriksaan Penunjang
    Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
    - Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
    - Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
    - Sitologi vagina
    - Kultur sekret vagina
    - Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
    - Ultrasonografi (USG) abdomen
    - Vaginoskopi
    - Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
    - Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
    - Pemeriksaan PH vagina.
    - Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10 % .
    - Pulasan dengan pewarnaan gram .
    - Pap smear.
    - Biopsi.
    - Test biru metilen.(1,3)

    I.7 Diagnosis
    Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang.
    a. Anamnesis(3)
    Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB kontak seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita, penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain
    b. Pemeriksaan Fisis dan Genital (7)
    Inspeksi kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks, pemeriksaan bimanual pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.
    - Laboratorium (7)
    Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH dan pH diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitive dibanding pemeriksaan mikroskopik.
    Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.

    I.8 Penatalaksanaan
    Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.(8)
    Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
    1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
    2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
    3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
    4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
    5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
    6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
    7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.(8)

    Tujuan pengobatan
    - Menghilangkan gejala
    - Memberantas penyebabrnya
    - Mencegah terjadinya infeksi ulang
    - Pasangan diikutkan dalam pengobatan
    Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan kecemasannya.
    Patologi : Tergantung penyebabnya




    Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
    1. Candida albicans (3)
    Topikal
    - Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
    - Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
    - Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7 – 14 hari
    Sistemik
    - Nistatin tablet 3-4 x 1 tablet selama 14 hari
    - Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
    - Nimorazol 2 gram dosis tunggal
    - Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
    Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
    2. Chlamidia trachomatis
    - Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
    - Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
    - Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
    - Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
    - Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
    - Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
    3. Gardnerella vaginalis
    - Metronidazole 2 x 500 mg
    - Metronidazole 2 gram dosis tunggal
    - Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
    - Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
    4. Neisseria gonorhoeae
    - Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
    - Amoksisiklin 3 gr im
    - Ampisiillin 3,5 gram im atau
    Ditambah :
    - Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
    - Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
    - Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
    - Tiamfenikol 3,5 gram oral
    - Kanamisin 2 gram im
    - Ofloksasin 400 mg/oral
    Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
    - Seftriaxon 250 mg im atau
    - Spektinomisin 2 mg im atau
    - Ciprofloksasin 500 mg oral
    Ditambah
    - Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
    - Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
    - Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
    5. Virus herpeks simpleks
    Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
    - Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
    - Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
    - Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder(8)
    6. Penyebab lain :
    Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.(3)

    I.9 Prognosis
    Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif(2)

    BAB II
    LAPORAN KASUS

    Anamnesis
    Identitas Pasien
    Nama : Nn. M
    Umur : 17 tahun
    Alamat : Bukittinggi
    Pekerjaan : Siswa
    Agama : Islam

    Seorang pasien wanita usia 17 tahun datang ke poliklinik kebidanan Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 1 Maret 2011 dengan :

    Keluhan Utama
    Keluar lendir berwarna putih kental, banyak dan berbau bususk dari kemaluan sejak 1 bulan yang lalu.

    Riwayat Penyakit Sekarang :
    - Keluar lendir berwarna putih kental, banyak dan berbau busuk dari kemaluan sejak 1 bulan yang lalu.
    - Terasa gatal di daerah kemaluan sejak 1 bulan yang lalu.
    - Terasa panas di daerah kemaluan saat buang air kecil sejak 2 minggu yang lalu.
    - Pasien mandi dan mengganti pakaian dalam minimal 2 kali sehari.
    - Riwayat memakai pembersih vagina ada sejak 2 bulan yang lalu.
    - Riwayat sering memakai pakaian ketat ada.
    - Riwayat berganti pakaian dengan orang lain tidak ada.
    - Riwayat berhubungan seksual sebelumnya tidak ada.
    - Riwayat nyeri dan pembengkakan di perut tidak ada.
    - Riwayat perdarahan di luar menstruasi tidak ada.
    - Riwayat demam dan trauma tidak ada.
    - Jumlah dan frekuensi BAK dan BAB biasa.

    Riwayat Penyakit Dahulu
    Tidak pernah menderita penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal, penyakit hepar, hipertensi dan penyakit diabetes melitus.

    Riwayat Penyakit Keluarga
    Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

    Riwayat menstruasi
    Menarche usia 12 tahun, siklus teratur, lama 5-7 hari, ganti duk 2-3x/ hari, nyeri haid tidak ada.

    Riwayat perkawinan : Belum menikah

    Pemeriksaan Umum
    Keadaan umum : Sedang
    Kesadaran : Komposmentis kooperatif
    Tekanan darah : 120/80 mmHg
    Frekuensi nadi : 84 x / menit
    Frekuensi nafas : 20 x / menit
    Suhu : 36,70 C
    Tinggi badan : 155 cm
    Berat badan : 45 kg

    Pemeriksaan Sistemik
    Kulit : Tidak ditemukan kelainan
    Kepala : Tidak ditemukan kelainan
    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
    Telinga : Tidak ditemukan kelainan
    Hidung : Tidak ditemukan kelainan
    Tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan
    Gigi & mulut : Tidak ditemukan kelainan
    Leher : JVP 5 – 2 cmH2O
    Thorax : Jantung
    Inspeksi : Iktus tidak terlihat
    Palpasi : Iktus teraba 2 jari medial LMCS RIC V
    Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
    Auskultasi : Irama teratur, bising (-)
    Paru
    Inspeksi : Simetris kiri = kanan
    Palpasi : Fremitus kiri = kanan
    Perkusi : Sonor
    Auskultasi : Vesikuler, rhonki-/-, wheezing -/-
    Abdomen : Status ginekologikus
    Genitalia : Status ginekologikus
    Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik.

    Status Ginekologikus
    Abdomen :
    Inspeksi :Tidak tampak membuncit, sikatrik (-)
    Palpasi :Supel, nyeri tekan tidak ada, nyeri lepas tidak ada
    Perkusi :Timpani
    Auskultasi :Bising usus (+) normal.

    Genitalia:
    Inspeksi : V/U ruam kemerahan, lendir warna putih kental; PPV (-)
    Inspekulo : tidak dilakukan
    VT bimanual : tidak dilakukan

    Diagnosis
    Fluor albus e.c suspect candidiasis


    Diagnosis banding
    Fluor albus e.c suspect vaginosis bakterial

    Sikap
    • Pemeriksaan darah lengkap
    • Swab vulva untuk pemeriksaan dengan KOH 10 %
    • Kultur dan tes sensitivitas
    • Kultur urine

    Terapi
    Umum :
    - Selalu menjaga kebersihan daerah kemaluan dan menjaga agar tetap kering dan tidak lembab serta tidak memakai pakaian yang ketat.
    - Hentikan pemakaian pembersih vagina
    Khusus : Nystatin tablet 3x1
    Loratadin tablet 1x1

    Rencana
    - Kontrol ke poli setelah hasil swab dan kultur keluar







    BAB III
    DISKUSI

    Dilaporkan seorang pasien wanita usia 17 tahun berobat ke poli kebidanan RS Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 1 Maret 201. Setelah diperiksa, pasien tersebut di diagnosis dengan fluor albus e.c suspect kandidiasis. Diagnosis ini ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
    Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh keluar lendir berwarna putih kental, banyak, berbau busuk dan gatal dari kemaluan sejak 1 bulan yang lalu, merasa panas di daerah kemaluan saat buang air kecil dan pasien ada riwayat memakai pembersih vagina dan sering memakai pakaian ketat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan inspeksi genitalia: V/U ruam kemerahan, lendir warna putih kental.
    Menurut teori fluor albus terbanyak disebabkan oleh candida albicans, penyebab lain adalah faktor hygiene yang tidak baik, pemakain antiseptik pada daerah kemaluan, celana ketat. Untuk dapat memastikan penyebab terjadinya fluor albus pada pasien ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan Swab vulva untuk pemeriksaan dengan KOH 10 %, pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas dan kultur urine. Terapi umum untuk pasien ini selalu menjaga kebersihan daerah kemaluan dan menjaga agar tetap kering dan tidak lembab serta tidak memakai celana yang ketat, hentikan pemakaian pembersih vagina. Terapi khusus diberikan Nystatin tablet 3x1 dan loratadine tablet 1x1. Pasien di sarankan kontrol ke poli setelah hasil swab dan kultur keluar untuk mendapatkan terapi yang tepat.












    DAFTAR PUSTAKA

    1. Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta
    2. Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta
    3. Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran Unhas RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang
    4. Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.
    5. Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and Gynaecology A Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford University Press : Oxford
    6. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan In. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta