• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • ULKUS KORNEA SENTRALIS

    Sabtu, 22 Januari 2011
    Anatomi dan Fisiologi
    Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutupi bola mata bagian depan. Pembiasan terkuat terjadi di kornea, dapat mencapai 40 dioptri.

    Kornea (Latin: korneum= seperti tanduk) adalah selaput bening mata pada bagian selaput mata yang ditembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan yang terdiri atas beberapa lapis, yaitu:
    1. Epitel
    - Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yaitu satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
    - Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

    2. Membrana Bowman
    - Terletak di bawah membrana sel basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
    - Lapisan ini tidak memiliki daya regenerasi.

    3. Stroma
    - Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya. Pada permukaan terdapat anyaman yang teratur sedangkan di bagian perifer serat kolagen ini bercabang. Terbentuk kembali serat kolagen memakan waktu yang lama kadang- kadang sampai mencapai 15 bulan.

    4. Membrana Descement
    - Merupakan membran aseluler dan merupakan batas belakang stroma. Sedangkan endotel merupakan membran basalnya.
    - Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup.
    - Mempunyai tebal 40 μm.

    5. Endotel
    - Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal dan tebal 20 – 40 µm.
    - Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga jika terjadi trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi terjadi endotel dan udem kornea.(3)





    Gambar 1 : Lapisan Kornea
    Lapisan kornea diatas sangat menentukan mekanisme wound healing berdasarkan tempat terjadinya. Epitel akan mengalami pembelahan dan regenerasi, stroma akan membentuk matrix fibrosis sedangkan endotel akan mengubah formasi selnya menjadi lebih lebar untuk menutupi luka dan kerusakan yang terjadi.
    Secara umum, pembagian kornea dari sentral ke yang paling perifer adalah :
    1. Opticus zone / sentral zone, yaitu zona yang dilalui oleh cahaya sehingga dapat menembus aquos humor dan lensa hingga mencapai retina. Zona ini memiliki diameter ± 4 mm.
    2. Peripheral zone, yaitu zona diluar optical zone hingga ke limbus.(1)




    Gambar 2 : Optical dan Peripheral Zone Kornea
    Kornea dipersarafi oleh saraf sensorik, terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran bowman dan melepaskan selubung schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus.(1)

    Definisi
    Ulkus (tukak) kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea dari epitel sampai ke stomal yang memili batas dinding dan dasar.

    Ada dua bentuk ulkus kornea yaitu ulkus kornea sentral dan ulkus kornea perifer atau marginal.(1)
    Ulkus sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan pada epitel. Lesi terletak di sentral, jauh dari limbus vaskuler.

    Faktor Risiko
    Ulkus kornea terjadi tidak berdiri sendiri, umumnya beberapa predisposisi untuk terjadinya ulkus kornea yaitu:

    • Erosi pada kornea
    • Keratitis neurotropik
    • Pemakai kortikosteroid atau imnosupresif
    • Pemakai obat lokal anestesi
    • Pemakai IDU
    • Pasien diabetes mellitus dan
    • Usia tua. (3)

    Etiologi
    Etiologi ulkus kornea sentral biasanya ialah:
    1. Bakteri
    • Pseudomonas
    • Pneumococcus
    • Moraxella liquefaciens
    • Streptococcus beta hemolyticus
    • Klebsiella pneumonia
    • Eschericia coli
    • Proteus, dan lain- lain
    2. Virus
    • Herpes simplex
    • Herpes zoster
    3. Jamur
    • Candida albicans
    • Fusarium solani
    • Nocardia
    • Cephalosporium
    • Aspergillus (2,3)
    4. Protozoa
    • Acanthamoeba

    Patogenesis Ulkus Kornea
    Kornea terletak pada bagian yang paling luar sehingga dapat dengan mudah terpapar dengan mikroorganisme dan faktor lingkungan lainnya. Sebenarnya lapisan epitel kornea merupakan barier utama terhadap paparan mikroorganisme namun jika epitel ini rusak maka stroma yang avaskuler dan membrana Bowman akan mudah mengalami infeksi oleh berbagai macam organisme seperti bakteri, amuba dan jamur. Apabila infeksi ini dibiarkan atau tidak mendapat pengobatan yang tidak adekuat maka akan terjadi kematian jaringan kornea atau ulkus kornea. Secara umum, perjalanan penyakit ini dapat disederhanakan melalui bagan di bawah ini.











    Bagan : Patogenesis Ulkus Kornea
    Agen infeksi yang menginfeksi kornea dapat membentuk metode penyerangan secara spesifik dari pertahanan sel-sel imun di dalam tubuh manusia termasuk juga kornea. Infeksi pseudomonas merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan paling berat daripada infeksi kuman patogen gram negatif pada kornea. Kuman ini mengeluarkan endotoksin dan sejumlah enzim ekstraseluler. Diduga bahwa virulensi pseudomonas pada kornea berhubungan erat dengan produksi intracellular activated protease yang mampu membuat kerusakan berat pada stroma kornea. Dahulu zat ini diduga kolagenase, akan tetapi sekarang disebut sebagai enzim proteolycanolytic.
    Ulkus kornea sentral akibat Diplobasil petit atau Moraxella liquifaciens merupakan ulkus indolen dan mengenai kornea sentral bawah disertai hipopion. (2)
    Ulkus kornea akibat Virus Herpes Simpleks (VHS) biasanya dapat sembuh sendiri pada pasien yang imunokompeten. Namun pada hospes yang secara imunologik kurang atau tidak kompeten, termasuk pasien yang mendapat pengobatan dengan kortikosteroid, perjalanannya mungkin menahun dan dapat menyebabkan kerusakan. Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga hanyalah respon imunologik terhadap partikel virus atau perubahan seluler akibat virus, namun sekarang sudah banyak dibuktikan bahwa infeksi virus aktif banyak ditemukan di dalam stroma dan mungkin juga sel-sel endotel, selain jaringan lain dalam segmen anterior seperti iris dan endotel traberkel.(5)
    Pada saat ini insiden infeksi jamur naik akibat bertambahnya pemakain antibiotika dan steroid. Jamur yang sering mengenai mata adalah candida, fusarium, dan aspergillus. Infeksi jamur biasanya didahului trauma ringan sehingga terdapat kerusakan epitel kornea. Penyakit ini sering ditemukan pada petani. Bila hifa terdapat pada kornea maka perjalanannya sesuai dengan jalannya lamel kornea. Pada kornea akan terjadi nekrosis koagulasi berat disertai dengan terdapatnya edem jaringan kolagen kornea dan keratosit. Akan terbentuk multipel mikroabses di sekitar lesi utama. Hifa mempunyai kemampuan menembus membran Descement dan masuk ke dalam bilik mata depan.(3)
    Di sisi lain, achantamoeba menginfeksi kornea melalui contact lens yang banyak digunakan oleh anak- anak, remaja, bahkan orang dewasa pada saat ini yang memakai larutan garam buatan sendiri atau cairan tidak steril saat merendam contact lens karena protozoa ini hidup di perairan yang kotor.(5)

    Manifestasi Klinik
    Secara umum, gejala klinik yang mungkin muncul akibat ulkus kornea adalah :
    1. Nyeri yang hebat pada mata
    2. Potofobia
    3. Hiperlakrimasi
    4. Sekret yang berbentuk pus
    5. Titik putih pada kornea, tergantung dari beratnya ulkus tersebut.
    6. Mata merah
    7. Edema palpebra
    8. Penglihatan yang kabur
    9. Rasa seperti benda asing di mata

    Lesi dari ulkus yang disebabkan Pseudomonas mulai di daerah sentral kornea. Ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke arah dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. Gambaran khusus Pseudomonas berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
    Ulkus Kornea akibat Pneumokokus terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam dengan tepi ulkus terlihat menyebar kearah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karekteristik ulkus sehingga disebut ulkus serpent. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan, penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang bergaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Kelanjutan progresifitas ulkus ini berupa pendalaman ulkus sehingga terjadi perforasi kornea dan selalu ditemukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.







    Gambar 3 : Hipopion pada ulkus Pneumokokus

    Ulkus kornea sentral akibat Diplobasil petit atau Moraxella liquifaciens didapatkan gambaran klinik sebagai berikut:
    • Ditemukan pada orang dengan keadaan umum lemah atau peminum alkohol kronis dan pada penderita diabetes mellitus.
    • Ulkus bersifat indolen dan unilateral. Bentuk ulkus biasanya kecil, dalam dan sering terletak terutama di daerah sentral bawah.
    • Pada pewarnaan gram ditemukan diplobasil bentuk kotak bercampur dengan batang gram negatif pleomorfik yang merupakan bentuk patognomonik pada infeksi Moxarella liquifaciens.(2)

    Untuk Virus Herpes Simpleks, ditemukan manifestasi yang khas yaitu berupa :
    • Anestesi atau hipoestesi kornea.
    • Lesi.
    Lesi paling khas adalah lesi dendritik. Lesi dendritik adalah lesi yang bercabang dan terbentuk pada epitel kornea. Lesi diskiformis adalah bentuk penyakit stroma paling umum pada infeksi HSV. Stroma di daerah pusat yang udem berbentuk seperti cakram, tanpa infiltrasi berarti dan umumnya tanpa vaskularisasi.(3)














    Gambar 4 : Lesi dendritik pada HSV

    Manifestasi klinik ulkus Herpes Zoster adalah :
    • Pada mata ditemukan vesikel kulit dan udem palpebra, konjungtiva hiperemis dan kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stromal
    • Infiltrat dapat berbentuk pseudodendrit yang bentuknya sedikit menyerupai lesi dendritik Herpes simplex.
    • Kornea hipoestesi.
    • Pada pemeriksaan hapus ditemukan sel raksasa dan serum antibodi meninggi.
    Ulkus karena infeksi jamur memberikan gambaran klinik berupa :
    • Pada permukaan lesi tampak bercak putih dengan warna agak keabu-abuan kering. Tepi lesi berbatas ireguler yang teratur dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik.
    • Terlihat daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit di sekitarnya.
    • Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri.
    • Pada infeksi Kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang
    • Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.(2)

    Sedangkan untuk infeksi protozoa dalam hal ini adalah Acanthamoeba, memberikan gambaran berupa :
    • Ulkus yang indolen
    • Terdapat cincin stroma yang merupakan ciri khas ulkus ini.
    • Infiltrate perineural

    Diagnosis
    Diagnosis dari ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan laboratorium.
    1. Anamnesis
    Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma, benda asing, dan abrasi pada kornea, riwayat pernah terkena keratitis yang berulang, pemakaian lensa kontak, serta kortikosteroid yang merupakan predisposisi infeksi virus dan jamur dan juga gejala klinis yang ada.

    2. Pemeriksaan oftalmologi
    Untuk memeriksa ulkus kornea diperlukan slit lamp atau kaca pembesar dan pencahayaan yang terang. Harus diperhatikan pantulan cahaya saat menggerakkan cahaya di atas kornea, daerah yang kasar menandakan defek pada epitel.
    Cara lain untuk melihat ulkus adalah tes fluoresein. Pada tes fluoresein defek epitel ditandai dengan adanya daerah yang berwarna hijau.

    3. Pemeriksaan laboratorium
    Pemeriksaan laboratorium berguna untuk diagnosis kausa dan juga penting untuk pemilihan terapi yang tepat dengan hasil kultur kerokan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya pemeriksaan gram, Giemsa dan KOH.(3)

    Penatalaksanaan
    Secara umum manajemen pengobatan ulkus kornea adalah sebagai berikut:
    a. Antibiotika Agent
    Pseudomonas bereaksi baik pada polimiksin B, diberikan dalam bentuk tetes mata atau salep dan subkonjungtiva 10 – 40 mg setiap 2 – 3 hari. Dan diberi gentamisin dan karbenisilin local, subkonjungtiva atau IV. Infeksi yang disebabkan karena Stafilokokus dan Moxarella dapat ditatalaksana dengan pemberian penisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, dan sefalosporin serta juga dapat diberikan basitrasin atau sulfonamide.(2)
    b. Anti virus agent yang biasa diberikan adalah idoxuridine, trifluridine, vidarabine dan acyclovir.(3)
    c. Pemberian obat antijamur spektrum luas (nistatin, griseofulfin, dan amfoterisisn) dan antijamur bentuk salep dapat dipertimbangkan. Anti jamur salep yang dikenal adalah thimerosal untuk nokardia dipakai sulfasetamid 30%, actinimyses dipakai penisilin G topical, jamur tak dikenal dipakai amfoterisin topical atau thimerosol salep mata.
    d. Debridement sangat membantu penyembuhan
    e. Streroid local untuk mengurangi gejala
    f. Siklopegik
    g. Chlorprothixene (taractan) 50 mg 4 kali sehari untuk mengurangi rasa sakit.
    h. Pada anak dapat diberi imunogloblin.(2)

    Pada ulkus kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila:
    - Dengan pengobatan tidak sembuh
    - Terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan.

    Sebaiknya keratoplasti dilakukan beberapa bulan setelah penyakit nonaktif karena pascabedah ulkus dapat timbul baik karena trauma bedah maupun karena pemakaian kortikosteroid yang digunakan untuk menekan efek penolakan terhadap graft yang diberikan.(5)

    Komplikasi
    Pengobatan ulkus yang tidak adequat dan terlambat dapat menimbulkan komplikasi, yaitu :
    1. Terbentuknya jaringan parut kornea
    2. Perforasi kornea
    3. Iritis dan iridosiklitis
    4. Descematokel
    5. Glaukoma sekunder
    6. Endoftalmitis atau panoftalmitis
    7. Katarak

    Prognosis
    Dengan penanganan sedini mungkin, infeksi pada kornea dapat sembuh, mungkin tanpa harus terjadi ulkus. Bila ulkus terjadi harus dilakukan penanganan setepat mungkin, karena jika tidak diterapi dapat merusak kornea secara permanen. Dan juga dapat mengakibatkan perforasi dari kornea sehingga menimbulkan penyebaran infeksi dan meningkatkan resiko kehilangan penglihatan secara permanen. Semakin telat pengobatan ulkus kornea, akan menimbulkan kerusakan yang banyak dan timbul jaringan parut yang luas.

    0 komentar:

    Posting Komentar