• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • KONJUNGTIVITIS

    Sabtu, 22 Januari 2011
    Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran sekret.

    Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum contagiosum.
    Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseuodoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti ada benda asing, dan adenopati preaurikular.
    Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva.

    KONJUNGTIVITIS BAKTERI
    Konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri, Konjungtivitis jenis ini mudah menular.

    Etiologi
    Konjungtivitis jenis ini dapat disebabkan oleh infeksi gonokok, meningokok, staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, haemophilus influenza, Escherichia coli, Neisseria gonorrhea, Corynebacterium diphtheria.

    Manifestasi Klinis
    Gambaran klinis berupa konjungtivitis mukopurulen dan konjungtivitis purulen. Dengan tanda hiperemi konjungtiva, edema kelopak, papil, dan dengan kornea yang jernih. Kadang disertai keratis dan blefaritis. Biasanya dari satu mata menjalar ke mata yang lain dan dapat menjadi kronik.
    Pada konjungtivitis gonore, terjadi sekret yang purulen padat dengan masa inkubasi 12 jam-5 hari, disertai pendarahan subkonjungtiva dan kemosis. Terdapat tiga bentuk, oftalmia neonatorum (bayi berusia 1-3 hari), konjngtivitis gonore infantum (lebih dari 10 hari), dan konjungtivitis gonore adultorum. Pada orang dewasa terdapat kelopak mata bengkak sukar dibuka dan konjungtiva yang kaku disertai sakit pada perabaan. Pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior. Konjungtiva bulbi merah, kemosis, dan menebal. Gambaran hipertrofi papilar besar, juga tanda-tanda infeksi umum. Biasanya berawal dari satu mata kemudian menjalar kemata yang sebelahnya. Tidak jarang ditemukan pembesaran dan rasa nyeri kelenjar preaurikular. Sekret semula serosa kemudian menjadi kuning kental, tapi dibandingkan dengan bayi, maka pada dewasa sekret tidak kental sekali.

    Komplikasi
    Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, gonokok menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokok dapat menyebabkan septicemia atau meningitis.

    Penatalaksanaan
    Sebelum terdapat hasil pemeriksan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, polimiksin, dan sebagainya, selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan.
    Bila tidak ditemukan kuman dalam sedian langsung, diberikan tetes mata antibiotic spectrum luas tiap jam disertai salep mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.
    Untuk konjungtivitis gonore, pasien dirawat serta diberi penisilin salep dan suntikan. Untuk bayi dosisnya 50000 unit/kg BB selama 7 hari. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahin dengan air rebus bersih atau garam fisiologis setiap 15 menit dan diberi salep penisilin. Dapat diberikan penisilin tetes mata dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000unit/ml diberikan setiap 1 jam selama 3 hari. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok. Terapi dihentikan setelah pemeriksaan mikroskopik menunjukan hasil negative selama 3 hari berturut-turut.

    Prognosis
    Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh organism tertentu, seperti Haemophilus influenza, adalah penyakit swasirna. Bila tidak diobati akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu. Dengan pengobatan biasanya akan sembuh dalam 1-3 hari.

    Pencegahan
    Untuk mencegah oftalmia neonatorum dapat dilakukan pembersihan mata bayi dengan larutan borisi dan diberikan salep kloramfenikol.

    KONJUNGTIVITIS VIRAL
    Konjungtivitis viral adalah radang konjuntiva yang disebabkan oleh infeksi virus.

    Etiologi
    Biasanya disebabkan oleh adenovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster, Klamidia, New castle, Pikorna, Enterovirus, dan sebagainya.

    Manifestasi Klinis
    Terdapat sedikit kotoran pada mata, lakrimasi, sedikit gatal, injeksi, nodul preaurikular bias nyeri atau tidak, serta kadang disertai sakit tenggorokan dan demam. Yang disebabkan Adenovirus biasanya berjalan akut, terutama mengenai anak-anak dan disebarkan melalui droplet atau kolam renang.
    Konjungtivitis harpes simpleks sering terjadi pada anak kecil, memberikan gejala injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, dan fotofobia ringan. Terjadi pada infeksi primer herpes simpleks atau episode rekuren herpes okuler.

    Komplikasi
    Keratitis. Virus hipertik dapat menyebabkan parut pada kelopak, neuralgia, katarak, glaucoma, kelumpuhan saraf III, IV, VI, atrofi saraf optic dan kebutaan.

    Penatalaksanaan
    Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotic diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. Hindari pemakaian steroid topical kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi.
    Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astringen dan lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid topical.
    Konjungtivitis herpetic diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400mg/hari selama 5 hari, steroid tetes deksametason 0,1% diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan analgesic untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridement dengan cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24 jam.

    KONJUNGTIVITIS ALERGI
    Konjungtivitis alergi adalah radang konjungtiva akibat reaksi terhadap non infeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Merupakan reaksi antibody humoral terhadap allergen. Biasanya dengan riwayat atopi.

    Etiologi
    Rekasi hiper sensitivitas tipe cepat atau lambat, atau reaksi antibody humoral terhadap allergen. Pada keadaan yang berat merupakan bagian dari syndron Steven Johnson, suatu penyakit eritema multiforme berat akibat reaksi alergi pada orang dengan prediposisi alergi obat-obatan. Pada pemakaian mata palsu atau lensa kontak juga dapat terjadi reaksi alergi.

    Manifestasi Klinis
    Mata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal, dan silau. Sering berulang dan menahun, bersamaan dengan rinitis alergi. Biasanya terdapat riwayat atopi sendiri atau dalam keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan injeksi ringan pada konjungtiva palbebra dan bulbi serta papil besar pada konjungtiva tarsal yang dapat menimbulkan komplikasi pada konjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi kemosis berat

    Penatalaksanaan
    Biasanya penyakit akn sembuh sendiri. Pengobatan ditujukan untuk menghindarkan penyebab dan menghilangkan gejala. Terapi yang dapat diberikan misalnya vasokonstriktor local pada keadaan akut (epinefrin 1:1.000), astringen, steroid topical dosis rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Untuk pencegahan diberikan Natrium kromoglikat 2% topical 4kali sehari untuk mencegah degranulasi sel mast. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik. Penggunaan steroid sistemik berkepanjangan hrus dihindari karena bias terjadi infeksi virus, katarak, hingga ulkus kornea oportunistik. Antihistamin sistemik hanya sedikit bemanfaat.
    Pada sindrom Steven Johnson, pengobatan bersifat sistomatik dengan pengobatan umum. Pada mata dilakukan pembersihan sekret, mediatrik, steroid topical dan pencegahan simblefaron.

    KONJUNGTIVITIS SIKA
    Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.

    Etiologi
    Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut kornea atau hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit autoimun lain, disebut sebagai sindrom sjogren.

    Manifestasi Klinis
    Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur. Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering, dan terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva bulbi, hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang mucus kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah. Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.

    Komplikasi
    Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi kornea.

    Penatalaksanaan
    Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya. Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat toksik bagi kornea dan dapat menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi drainase air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau plug kolagen.




    0 komentar:

    Posting Komentar